1.
Bagaimana peranan intelegensi dan
kreativitas terhadap prestasi belajar seseorang
Torrance
(1959), Getzels dan Jackson (1962), Yamamoto (1964) mengatakan bahwa kelompok
siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berada dalam prestasi sekolah dari
kelompok siswa yang inteligensinya relatif lebih tinggi. Torrance mengajukan
hipotesis bahwa daya imajinasi, rasa ingin tahu, dan orisinalitas dari subjek
yang kreativitasnya tinggi dapat mengimbangi hipotesis bahwa daya imajinasi,
rasa ingin tahu, dan orisinalitas dari subjek yang kreativitasnya tinggi dapat
mengimbangi kekurangan kekuatan dalam daya ingatan dan faktor – faktor lain
yang diukur oleh tes inteligensi tradisional.
Menurut
teori diatas dapat membuktikan bahwa Intelegensi dan kreativitas adalah peranan
yang berbeda dalam diri seseorang, Intelegensi dan Kreativitas sangat berperan
terhadap prestasi belajar, kreativitas dapat menjadi peran lainnya yang
mendorong intelegensi dan begitu juga sebaliknya. Jika ada kombinasi yang baik
antara kreativitas dan intelegensi, maka prestasi belajar pada diri seseorang
akan membaik juga.
2.
Jelaskan mengenai sikap kreatif sebagai
ciri non-bakat dari kreativitas
Guilford
(dalam Munandar, 1992) membedakan antara ciri kognitf (aptitude) dan ciri
afektif (non-aptitude) yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri kognitif
(aptitude) ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir
yang meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinilitas dalam
bepikir dan elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.
Sedangkan ciri-ciri afektif (non-aptitude) ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan
dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif,
merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat
menghargai.
Ciri-ciri
afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap
mental atau perasaan individu. Kreativitas yang berkaitan dengan sikap dan
perasaan seseorang. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
1) Rasa
ingin tahu. Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak
2) Bersifat
imajinatif/fantasi. Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak
atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan
mana khayalan dan mana yang kenyataan.
3) Merasa
tertantang oleh kemajemukan. Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah
yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih
tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
4) Sifat
berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan). Berani mempunyai
pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik
dari orang lain.
5) Sifat
menghargai. Kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam
hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.
3.
Jelaskan mengenai konsep kreatifitas dan
hubungannya dengan aktualisasi diri
Menurut
psikolog humanis, seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, aktualisasi diri
ialah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi
apa yang ia mampu menjadi mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.
Menurut
Maslow (1968) aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu
potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi yang
sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan.
Rogers
menekankan (1962) bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi
matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan
organisme.
Banyak
orang menganggap bahwa kreativitas hanya dapat diajarkan jika dikaitkan dengan
bidang subjek (mata ajaran) tertentu. Hal ini tidak benar. Kreativitas dapat
diajarkan dalam konteks yang “content free”, lepas dari bidang materi tertentu,
atau dapat dilekatkan dengan konten atau bidang subjek khusus.
Jadi kreativitas
merupakan hasil yang dilakukan oleh usahanya pada tahapan yang disebutkan oleh
Maslow, yaitu tahapan aktualisasi diri. Dan begitu pula kreativitas yang terus
meningkat bisa dijadikan seseorang sebagai sikap yang dapat mengaktualisasikan
dirinya