Identitas
Buku
Judul :
Rumah Tanpa Jendela
Nama Pengarang :
Asma Nadia
Editor :
Mulyawan Karim
Penerbit :
PT. Kompas Media Nusantara
Kota Terbit :
Jakarta
Terbit :
Januari, 2011
Ukuran :
14 x 21 cm
Warna Sampul :
Putih
Tebal Halaman : 160 halaman
Genre :
Keluarga dan Persahabatan
Analisa
Novel ini bercerita tetang
Seorang gadis kecil yang bernama rara, anak yang hidup di rumah sederhana di
pemukiman pemulung bersama bapak dan mboknya, bocah berambut panjang nan lucu
ini sangat menginginkan jendela,agar ia bisa melihat bintang di kala
malam,namun bapaknya belum bisa menuruti keinginannya, karena bapaknya Raga
yang hanya berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup untuk membuat
atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja .
Rara selalu berkhayal rumah di
pemukiman itu indah dengan adanya jendela di setiap rumah melalui imajinasi dan
gambar – gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin melalui
jendela, melihat burung-burung yang berkicau di pagi hari, hujan yang turun
atau sekedar menikmati sinar mentari pagi yang menyentuh wajahnya.
Bersama teman - temannya sesama
anak pemulung,sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan , Rara
sekolah ditempat sederhana khususnya untuk anak jalanan. Bu Alya satu -satunya
pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak- anak pemulung
tersebut.
Di tempat lain , di perumahan
mewah Kota Jakarta adalah Aldo anak lelaki berusia 10 tahun,yang memiliki hobi
menggambar dan sedikit terbelakang mental, merindukan seseorang teman di tengah
keluarganya yang sibuk dengan urusanya masing -masing . Ia anak bungsu dari
pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna. Kakak tertua Aldo , Adam berusia
23 tahun adalah seorang vokalis sekaligus pemimpin dalam group bandnya .
Sedangkan kakak keduanya Andini ,seorang gadis cantik berusia 17 yang agak malu
mempunyai adik seperti Aldo.
Dalam suatu peristiwa di sanggar
lukis ,Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan
terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab. Dan rara pun memiliki
sahabat baru bernama Aldo, mereka bersahabat baik.
Suatu hari kaka Aldo bernama
Andhini mendapat kejutan berupa pertujukan tari dan nyanyi dari Aldo, Nek
Aisyah , Rara serta teman-teman pemulungnya. Bukannya senang, Andini marah
besar karena ia merasa Aldo telah mempermalukannya di depan umum. Andini tidak suka
karena menurutnya semua orang jadi tahu kalau ia punya adik yang cacat, tanpa
rara ketahui saat malam itu rumahnya terbakar habis,simbok dan bapaknya di bawa
ambulance ke rumah sakit, ia tau saat aldo di telpon oleh ibu guru rara disana.
Gara-gara ulah Andini, Aldo
minggat dari rumah. Aldo merasa kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-
terangan merasa malu memiliki adik seperti dirinya . Rara yang bingung atas sikap Aldo tanpa sadar
malah ikut menemani Aldo kabur. Semuanya sibuk mencari , mereka semakin bingung
mencari Aldo karena Rara juga tidak ada di ruamah sakit. Aldo tetap tidak mau
pulang walau Rara sudah berusaha membujuknya. Hari semakin larut dan turun, mereka kelaparan . Aldo dan Rara
mengojek payung untuk membeli makanan .Sampai Rara mengajak Aldo ke Sanggar
Lukis. Saat penjaga sanggarnya
mengetahui kalau Aldo dan Rara berada disana ,Ia langsung menelpon orang
rumahnya Aldo .Saat mereka tahu Aldo dan Rara berada disana mereka langsung
menjenguk Aldo dan Rara .Aldo menggambar orang -orang ,tetapi Aldo hanya
menggambar Rara,dirinya, Nenek , Bik Siti
dan Mas Tarjo (kedua pembantunya). Saat penjaga sanggar (Mas Teddy)
memperhatikan Aldo, ia bertanya “kenapa keluarga lainnya tidak gambar ?”. Aldo hanya berkata “yang lain
sibuk .”
Setibanya keluarga Aldo di
sanggar, saat melihat Aldo Nenek langsung memeluk Aldo , di susul dengan Nyonya
Ratna dan Andini dengan rasa bersalah. Lalu Aldo kembali kekeluarganya dan Rara
kembali ke rumah sakit ternyata ayah Rara telah meninggal Dunia
dan neneknya telah siuman. Karena
Rara dan Neneknya tidak ada tempat tinggal Ayah Aldo menyuruh mereka tinggal di
sebuah Villa milik keluarga Aldo ,Rara danTeman- teman pemulungnya pun di
sekolahkan.sekarang Rara telah mengubur impianya untuk mempunyai jendela ,
karena di Villa tersebut banyak sekali jendela
dan dapat memandangi lingkungan sekitar yang Indah, ketika Bude Asih tau
kalau Ayah Rara telah meninggal ia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai
PSK dan menemani Rara, juga Si Mbok
untuk tinggal di Villa.
Novel yang dikembangkan dari
cerpen Asma yang berjudul Jendela Rara, ini mengangkat tema yang sangat
sederhana. Namun mampu membeberkan permasalahan di dua kelompok masyarakat
Jakarta. Si kaya dengan ketidakbersyukurannya, dan si miskin dengan
ketidakberdayaannya. Dalam pembacan isi novel, bahasanya sederhana, tidak
berbelit – belit. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan,
juga arti saling menghargai. Dan novel ini dapat dibaca oleh kalangan manapun,
mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, karena genre yang bisa masuk ke
segala usia. Kelemahan dalam novel ini
adalah alur ceritanya yang sedikit melompat-lompat sehingga pembaca merasa agak
binggung untuk memahaminya.
Pesan Moral
Kita dapat peduli terhadap
anak-anak jalanan dan anak-anak penderita Down Syndrome dan memberikan
perhatian lebih, bukan dihindari atau dijauhi. Karena memotret fenomena sosial
nasib tragis anak–anak jalanan yang kurang kasih sayang dan perhatian orang
tua, mereka berusaha untuk menemukan jati diri dan kehidupannya melawan
kerasnya kehidupan di jalanan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar