Rabu, 25 November 2015

Novel "Rumah Tanpa Jendela"


Identitas Buku

Judul                                : Rumah Tanpa Jendela
Nama Pengarang             : Asma Nadia
Editor                               : Mulyawan Karim
Penerbit                           : PT. Kompas Media Nusantara
Kota Terbit                      : Jakarta
Terbit                               : Januari, 2011
Ukuran                             : 14 x 21 cm
Warna Sampul                 : Putih
Tebal Halaman                : 160 halaman
Genre                               : Keluarga dan Persahabatan

Analisa

Novel ini bercerita tetang Seorang gadis kecil yang bernama rara, anak yang hidup di rumah sederhana di pemukiman pemulung bersama bapak dan mboknya, bocah berambut panjang nan lucu ini sangat menginginkan jendela,agar ia bisa melihat bintang di kala malam,namun bapaknya belum bisa menuruti keinginannya, karena bapaknya Raga yang hanya berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja .
Rara selalu berkhayal rumah di pemukiman itu indah dengan adanya jendela di setiap rumah melalui imajinasi dan gambar – gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin melalui jendela, melihat burung-burung yang berkicau di pagi hari, hujan yang turun atau sekedar menikmati sinar mentari pagi yang menyentuh wajahnya.
Bersama teman - temannya sesama anak pemulung,sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan , Rara sekolah ditempat sederhana khususnya untuk anak jalanan. Bu Alya satu -satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak- anak pemulung tersebut.
Di tempat lain , di perumahan mewah Kota Jakarta adalah Aldo anak lelaki berusia 10 tahun,yang memiliki hobi menggambar dan sedikit terbelakang mental, merindukan seseorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusanya masing -masing . Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna. Kakak tertua Aldo , Adam berusia 23 tahun adalah seorang vokalis sekaligus pemimpin dalam group bandnya . Sedangkan kakak keduanya Andini ,seorang gadis cantik berusia 17 yang agak malu mempunyai adik seperti Aldo.
Dalam suatu peristiwa di sanggar lukis ,Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab. Dan rara pun memiliki sahabat baru bernama Aldo, mereka bersahabat baik.
Suatu hari kaka Aldo bernama Andhini mendapat kejutan berupa pertujukan tari dan nyanyi dari Aldo, Nek Aisyah , Rara serta teman-teman pemulungnya. Bukannya senang, Andini marah besar karena ia merasa Aldo telah mempermalukannya di depan umum. Andini tidak suka karena menurutnya semua orang jadi tahu kalau ia punya adik yang cacat, tanpa rara ketahui saat malam itu rumahnya terbakar habis,simbok dan bapaknya di bawa ambulance ke rumah sakit, ia tau saat aldo di telpon oleh ibu guru rara disana.
Gara-gara ulah Andini, Aldo minggat dari rumah. Aldo merasa kecewa dengan sikap kakaknya yang terang- terangan merasa malu memiliki adik seperti dirinya .  Rara yang bingung atas sikap Aldo tanpa sadar malah ikut menemani Aldo kabur. Semuanya sibuk mencari , mereka semakin bingung mencari Aldo karena Rara juga tidak ada di ruamah sakit. Aldo tetap tidak mau pulang walau Rara sudah berusaha membujuknya. Hari semakin larut dan   turun, mereka kelaparan . Aldo dan Rara mengojek payung untuk membeli makanan .Sampai Rara mengajak Aldo ke Sanggar Lukis. Saat  penjaga sanggarnya mengetahui kalau Aldo dan Rara berada disana ,Ia langsung menelpon orang rumahnya Aldo .Saat mereka tahu Aldo dan Rara berada disana mereka langsung menjenguk Aldo dan Rara .Aldo menggambar orang -orang ,tetapi Aldo hanya menggambar Rara,dirinya, Nenek , Bik Siti  dan Mas Tarjo (kedua pembantunya). Saat penjaga sanggar (Mas Teddy) memperhatikan Aldo, ia bertanya “kenapa keluarga lainnya tidak  gambar ?”. Aldo hanya berkata “yang lain sibuk .”
Setibanya keluarga Aldo di sanggar, saat melihat Aldo Nenek langsung memeluk Aldo , di susul dengan Nyonya Ratna dan Andini dengan rasa bersalah. Lalu Aldo kembali kekeluarganya dan Rara kembali ke rumah sakit ternyata ayah Rara telah meninggal  Dunia  dan  neneknya telah siuman. Karena Rara dan Neneknya tidak ada tempat tinggal Ayah Aldo menyuruh mereka tinggal di sebuah Villa milik keluarga Aldo ,Rara danTeman- teman pemulungnya pun di sekolahkan.sekarang Rara telah mengubur impianya untuk mempunyai jendela , karena di Villa tersebut banyak sekali jendela  dan dapat memandangi lingkungan sekitar yang Indah, ketika Bude Asih tau kalau Ayah Rara telah meninggal ia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai PSK dan  menemani Rara, juga Si Mbok untuk tinggal di Villa.
Novel yang dikembangkan dari cerpen Asma yang berjudul Jendela Rara, ini mengangkat tema yang sangat sederhana. Namun mampu membeberkan permasalahan di dua kelompok masyarakat Jakarta. Si kaya dengan ketidakbersyukurannya, dan si miskin dengan ketidakberdayaannya. Dalam pembacan isi novel, bahasanya sederhana, tidak berbelit – belit. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan, juga arti saling menghargai. Dan novel ini dapat dibaca oleh kalangan manapun, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, karena genre yang bisa masuk ke segala usia.  Kelemahan dalam novel ini adalah alur ceritanya yang sedikit melompat-lompat sehingga pembaca merasa agak binggung untuk memahaminya.

Pesan Moral


Kita dapat peduli terhadap anak-anak jalanan dan anak-anak penderita Down Syndrome dan memberikan perhatian lebih, bukan dihindari atau dijauhi. Karena memotret fenomena sosial nasib tragis anak–anak jalanan yang kurang kasih sayang dan perhatian orang tua, mereka berusaha untuk menemukan jati diri dan kehidupannya melawan kerasnya kehidupan di jalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar